Teknik Mengajar Listening di Kelas
Written By: Cianly
Harmer (1983) menyatakan bahwa listening
(mendengarkan) sebagai suatu keterampilan berbeda dengan writing. Dalam
listening, pendengar tidak dapat melihat apa yang dia dengarkan, tetapi hanya
bisa mendengarkannya.
Kemampuan Mendengarkan merupakan salah satu
ketrampilan dalam pelajaran bahasa Inggris yang harus dikuasai siswa bersama 3
ketrampilan lainnya yaitu membaca, menulis, dan mendengar. Dari pengalaman dan
diskusi dengan beberapa siswa, banyak yang merasa kesulitan untuk bisa mencapai
kompetensi yang diharapkan dalam ketrampilan ini. Seringkali, guru dalam
prakteknya kurang mampu untuk mengajarkan listening yang mudah dimengerti oleh
siswa. Hal ini mengakibatkan banyak siswa yang gagal dalam ujian listening dan
harus mengulang.
Oleh karena itu, seorang guru yang merupakan
fasilitator hendaknya memiliki keahlian untuk mampu membuat siswa merasa mudah
dalam mempelajari listening. Ada
beberapa teknik yang dapat dilakukan oleh guru ketika mengajarkan listening di
dalam kelas, diantaranya:
1. Filling Gap
Tehnik ini bisa dilakukan dengan cara mengosongi
beberapa kata dalam paragraf atau dialog. Mintalah siswa mendengarkan teks
lisan melalui guru atau rekaman dan mengisi kata-kata yang kosong tersebut.
2. Guessing Picture
Tehnik ini bisa dilakukan dengan menebak gambar
sesuai teks lisan yang dibacakan atau didengarkan.
3. Finding Mistakes
Tehnik ini dilakukan dengan cara meminta mendengarkan
teks lisan dan menggaris bawahi kata-kata yang tidak sesuai dengan teks lisan
tersebut.
4. Choosing Menu
Tehnik ini dilakukan dengan meminta siswa untuk
memilih menu yang sesuai dengan teks lisan.
5. Rearranging Sentences/Paragraph
Tehnik ini dilakukan dengan memberikan kalimat atau
paragraf rumpang kepada siswa. Siswa diminta mendengarkan teks lisan dan
menyusun kalimat/paragraf tersebut menjadi benar.
6. Matching
Tehnik ini dilakukan dengan memecah percakapan
menjadi dua bagian. Bagian pertama berisi setengah kalimat dan bagian kedua
setengah kalimatnya. Kemudian siswa diminta mendengarkan teks percakapan lalu
menjodohkan bagian pertama dan kedua sesuai teks percakapan tersebut.
9 Tehnik
Mengajar Speaking (Technique for Teaching Speaking)
Kalau melihat model pembelajaran Speaking, selama ini
masih mengandalkan model menghapalkan dialog kemudian maju ke depan kelas untuk
mempraktekannya. Kegiatan ini dilakukan biasanya karena guru ingin agar
kegiatan belajar mengajar cepat selesai tanpa repot-repot, atau tidak tahu apa
yang harus dilakukan dalam mengajar Speaking. Anggapan sementara, pembelajaran
Speaking itu rumit dan butuh keberanian siswa untuk memproduksi ucapan. Inilah
yang sering ditakutkan para guru. Mereka mengira Speaking itu butuh waktu lama
dan sulit bagi siswa untuk mengadaptasinya. Okelah, mari kita telaah 9 tehnik
mengajar Speaking berikut ini. Dengan tehnik-tehnik ini anggapan bahwa Speaking
bagi siswa itu sulit, bisa dihilangkan.
1.
ASK AND ANSWER.
Siswa diminta melakukan tanya
jawab. Prosesnya, mintalah siswa mencatat beberapa pertanyaan interview kalau
perlu dihapalkan. Kemudian bebaskan siswa bertanya kepada teman di kelasnya.
Sesuaikan pertanyaan dengan tema. Misal tema Personal Identitiy, Shopping List,
Map dan lain-lain. Untuk mengecek apakah siswa melakukan tugas tersebut,
mintalah mereka membuat catatan yang harus dilaporkan kepada guru setelah
proses pembelajaran berakhir. Guru hanya memonitor siswa dan memberikan waktu
untuk siswa melakukan tanya jawab.
2.
DESCRIBE AND DRAW.
Siswa dibuat berpasangan.
Siswa A mempunyai gambar yang tak diketahui oleh siswa B, begitu pula
sebaliknya. Siswa A menerangkan gambar yang ia punyai dan siswa B menggambar
sesuai keterangan siswa A. Setelah siswa A selesai, ganti siswa B menerangkan
gambarnya. Mintalah mereka membandingkan gambarnya dan memberi nilai sesuai
selera mereka.
3.
DISCUSSION.
Tentukan sebuah topik dan
mintalah siswa secara berkelompok mendiskusikan topik sesuai gambar. Tehnik ini
cocok diterapkan bagi intermediate dan advance learners.
4.
GUESSING.
Guru atau beberapa murid
mempunyai sebuah informasi yang harus ditebak oleh siswa atau kelompok lain
dengan menanyakan dalam Bahasa Inggris.
5.
REMEMBERRING
Siswa menutup mata dan
mengingat gambar misalnya benda di dalam kelas atau letak tempat-tempat. Tehnik
ini efektif untuk mengasah daya ingat dan meminimalisir lupa terhadap kosakata.
6.
MIMING.
Seorang siswa mempraktekkan
mimik tertentu semisal perasaan, melakukan suatu kegiatan, dan lainnya.
Sementara siswa yang lain menebak.
7.
ORDERING.
Siswa diminta mengurutkan
sesuatu dengan menanyakan dimana letaknya sampai menemukan tempat yang sesuai.
8.
COMPLETING A FORM/QUESTIONNAIRE.
Siswa bertanya jawab, atau
menyediakan informasi tertentu untuk menyempurnakan sebuah formulir atau kuis.
Tehnik ini efektif diterapkan pada pelajaran berhubungan dengan identitas,
semisal formulir lowongan kerja, pengisian paspor dan lainnya.
9.
ROLE PLAY.
Tehnik ini cocok untuk
pembelajar yang telah mencapai level intermediate dan di atasnya. Siswa
mempraktekkan sebuah situasi semisal di kantor polisi, pengadilan, drama, dan
lain-lain. Siswa hanya diminta menggunakan ungkapan-ungkapan yang pernah
dipelajari atau menggunakan bantuan kartu. Guru bertindak memberi arahan dan
memonitoring kegiatan.
Cara
Mengajar Reading dengan Teknik Jigsaw
Jigsaw adalah sebuah teknik pembelajaran yang pertama
kali dikenal tahun 1971. Teknik ini bermanfaat untuk melatih kemampuan
mendengar, berbicara, membaca dan menulis. Mengapa demikian? Karena teknik ini
berisi kegiatan dimana siswa diminta mendengar dan menulis apa yang teman
ucapkan, juga berbicara untuk menyampaikan materi yang telah ia baca. Langkah
mengajar dengan teknik jigsaw secara umum sebagai berikut:
1.
Siswa dibagi
menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 orang.
2.
Berilah kelompok
1 teks bacaan. Minta ketua kelompok membagi tugas: 1 orang membaca 1 paragraf.
3.
Berilah waktu 10
menit agar siswa memahami bacaan dalam paragraf yang mereka dapat.
4.
Setelah selesai,
mintalah siswa menceritakan isi paragraf kepada teman 1 kelompok. Siswa yang
lain mendengar dan mencatat apa yang teman mereka sampaikan.
5.
Jika waktu
menyampaikan dan mencatat sudah selesai, mintalah ketua kelompok membaca
hasilnya dan disampaikan kepada seluruh siswa di kelas.
Langkah mengajar di atas cocok jika diberikan kepada
pelajar yang sudah dalam level tinggi. Dalam pelajaran bahasa Inggris untuk
pemula dan menengah, cara tersebut terlalu sulit. Untuk mengatasi kesulitan
tersebut kita perlu melakukan adaptasi dan modifikasi. Salah satu contoh
modifikasi adalah dengan menghilangkan beberapa kata dalam teks bacaan. Simak
langkah-langkah mengajar dengan teknik jigsaw untuk skills reading berikut ini:
1.
Persiapkan 4
teks bacaan yang isinya sama, namun berbeda kata yang dihilangkan. Perhatikan
contoh:
Teks
1___________________________________________________________
SMP Nusa Indah has a ________
building at the back. It is ______, but it has a lot of books, magazines and
__________. Some of the books are new and some others are old. Most of the
books are in Indonesian. Only a few of them are in English and in Javanese.
There are two librarians working in the library. They are Mr. Suparno and Mrs.
Yani. Everyday there ara a lot of students coming to the library. They usually
go there when they have no classes or during the breaks. many of them read the
magazines or the newspaper in the reading room. Some of them borrow books to
read at home.
Teks
2___________________________________________________________
SMP Nusa Indah has a library
building at the back. It is small, but it has a lot of books, magazines and
newspaper. Some of the books are ____ and some others are _____. Most of the
books are in Indonesian. Only a few of them are in ___________ and in Javanese.
There are two librarians working in the library. They are Mr. Suparno and Mrs.
Yani. Everyday there ara a lot of students coming to the library. They usually
go there when they have no classes or during the breaks. many of them read the
magazines or the newspaper in the reading room. Some of them borrow books to
read at home.
Teks
3___________________________________________________________
SMP Nusa Indah has a library
building at the back. It is small, but it has a lot of books, magazines and
newspaper. Some of the books are new and some others are old. Most of the books
are in Indonesian. Only a few of them are in English and in Javanese. There are
two librarians working in the library. They are Mr. Suparno and Mrs. Yani.
Everyday there ara a lot of _________ coming to the library. They usually go
______ when they have no classes or during the ________. many of them read the
magazines or the newspaper in the reading room. Some of them borrow books to
read at home.
Teks
4___________________________________________________________
SMP Nusa Indah has a library
building at the back. It is small, but it has a lot of books, magazines and
newspaper. Some of the books are new and some others are old. Most of the books
are in Indonesian. Only a few of them are in English and in Javanese. There are
two librarians working in the library. They are Mr. Suparno and Mrs. Yani. Everyday
there ara a lot of students coming to the library. They usually go there when
they have no classes or during the breaks. many of them read the ________ or
the newspaper in the _______ room. Some of them borrow books to read at
________.
2.
Buatlah siswa
berkelompok. Setiap kelompok 4 orang.
3.
Berilah siswa
dalam satu kelompok satu teks bacaan yang sudah dipersiapkan (lihat no 1).
4.
Berilah waktu
masing-masing siswa dalam kelompok untuk membaca secara bergantian. Mintalah
siswa yang tidak mendapat giliran membaca, untuk menyimak dan menulis kata yang
dikosongkan sesuai yang mereka dengar.
5.
Setelah anggota
kelompok mendapat giliran membaca, tunjuk 1 orang yang percaya diri untuk
membacakan hasilnya di depan kelas.
Model Pengajaran Membaca
|
Pendekatan Pangalaman Berbahasa (PPB) dalam Pengajaran Membaca.
PPB atau LEA
(Language Experience Approach) didefinikan oleh Phyllis E. Huff (1988)
sebagai suatu pendekatan dalam pengajaran membaca yang melibatkan kegiatan
menyimak, berbicara, membaca dan menulis sebagai cermin dari pengalaman
berbahasa anak.
Oka (1983)
menjelaskan PPB menganut pandangan bahwa belajar membaca merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari proses perkembangan bahasa siswa. Oleh karenanya
belajar membaca tidak bisa dilepaskan dari keterampilan dengan PPB harus
mempertimbangkan pengalaman bahasa siswa, yakni suatu metode pengajaran
membaca untuk pemula yang mempertautkan pembelajaran membaca dengan
pengalaman bahasa anak yang meliputi keterampilan berbahasa.
Aspek yang
haurs diperhatikan dalam pembelajaran, meliputi : kemampuan berpikir dan
kemampuan mengungkapkan.
Sedangkan dalam
Distionary of Reading,
PPB sebagai suatu pendekatan dalam pengajaran membaca yang berpangkal dari
bahasa siswa itu sendiri sebagai bahan ajarnya, yakni bahan ajar untuk
membaca, mengeja, menyimak, menulis dan berbicara.
Melihat tiga
pendapat di atas, PPB dapat disimpulkan :
PPB meruakan
suatu pendekatan pengajaran. Materi agar digali dari pembelajar sendiri atau
pengalaman berbahasa si pembelajar. Pelaksana pembelajarannya melibatkan
seluruh aspek keterampilan berbahasa siswa secara integrative. PPB terutama
ditujukan untuk pembelajaran membaca permulaan.
Tujuan dan Asumsi PPB
Menurut Spache
(1968), asumsi PPB adalah bahwa ekspresi bahasa lisan siswa berdasarkan pada
pikiran, perasaan dan pengalamannya yang dapat ditulis dan dibaca yang
berwujud tulisan.
Dalam kaitannya
dengan perkembangan bahasa siswa, Huff mengajukan asumsi tentang bahasa,
meliputi: Empat aspek keterampilan berbahasa yang bersifat catur tunggal yang
memiliki tingkat keeratan hubungan yang kuat.
Pemilikan latar
belakang bahasa dapat membantu siswa terhadap pemahaman makna kata yang
dipelajari. Kata-kata tidak memiliki makna yang murni mandiri yang erat
kaitannya dengan pengalaman pembaca. Pengkombinasian simbol-simbol visual
dengan simbol-simbol bunyi yang relatif sudah dikenal dapat membantu
membanyangkan atau menciptakan makna dalam pikiran pembaca.
Kata-kata yang
diujarkan merupakan simbol-simbol bunyi yang mewakili makna yang dimaksudkan
si pengujar. Membaca merupakan perkembangan makna dari pola-pola yang sudah
dikenalnya, yaitu pola pengalaman si pembelajar.
Prosedur PPB dalam Pengajaran Membaca Permulaan
Menurut para
ahli, prosedur PPB dalam pengajaran membaca permulaan, terbagi dalam empat
langkah pokok, yaitu:
Langkah
1: Mengidentifikasi minat
latar belakang pengalaman dan fasilitas bahasa lisan anak.
Langkah ini
dapat dilakukang dengan jalan berdialog atau mengadakan percakapan ringan
dengan anak. Misalnya, bertanya tentang nama, keluarga dan kesukaan.
Langkah
2: Merencanakan dan
mendiskusikan pengalaman anak atau topik tertentu yang dipilih anak.
Langkah ini
dimaksudkan untuk menggali pengalaman berbahasa anak melalui rangsangn
tertentu yang dijadikan topik diskusi, pada langkah ini.
Langkah
3: Mencatat dan merekam bahasa
(cerita) anak.
Langkah ini
dimaksudkan untuk menunjukkan bukti pada anak bahwa apa yang dikemukakannya
bisa dituliskan untuk memberi kepuasan batin pada anak bahwa dirinya bisa
jadi penulis. Pencatatan dan perekaman bahasa anak dapat dilaksanakan di
papan tulis atau di kertas karton atau juga dengan alat perekam. Penanaman
rasa percaya diri, penting untuk membawa anak pada konsep kebermaknaan dalam
belajar.
Langkah
4: Mengembangkan keterampilan
anak sesuai dengan kebutuhan
Pada langkah ini prosedur dan kegiatan belajar mengajar sangat ditentukan oleh penggunaan metode dan teknik yang cocok. Misalnya menunjukkan bagaimana menggerakkan mata dalam proses membaca. Alternatif Model Pembelajaran Membaca Lanjut dengan Menggunakan PPB
Skenario PBM
Langkah 1: Apersepsi
Apersepsi dimaksudkan untuk mempersiapkan anak
didik pada kegiatan belajar yang dihadapi sebagai permanasan. Cara yang bisa
dilakukan guru misalnya melakukan percakapan ringan ringan tentang berita
atau kejadian aktual disekitar lingkungan tempat tinggal atau sekolah. Yang
penting dalam langkah awal ini adalah bagaimana menciptakan suasana yang
haromonis, kondusif dan menyenangkan untuk semua pihak.
Langkah 2: Mengarang bersama
Kegiatan ini dimaksudkan untuk menjaring dan menyiapkan
bahan ajar membaca yang digali dari anak, untuk anak, oleh anak. Pemilihan
kegaitan didasari oleh beberapa pertimbangan antara lain.
1.
Memberi
kesempatan kepada sejumlah siswa untuk turut berpartisipasi dalam kegiatan
CBSA, pendekatan komunikatif dan keterampilan proses.
2.
Menggali
mengalaman berbahasa siswa.
3.
Melatih daya
pikir dan daya nalar melalui latihan antisipasi dan latihan prediksi jalan
pikiran orang lain.
4.
Melatih
ekspresi tulis siswa.
Langkah 3: Mendiskusikan hasil tulisan bersama
Setelah kegiatan membaca kemudian dilakukan diskusi
yang diarahkan pada hal-hal yang berkenaan dengan : (a) Ide pokok dan ide
penjelas, (b) Kalimat pokok dan kalimat penjelas, (c) Kalimat sumbang dari
paragraf tersebut.
Kegiatan ini merupakan kegiatan pelatihan pengembangan keterampilan siswa
dalam membaca dan alat yang digunakan untuk mengembangkan keterampilan adalah
bahan yang digali dari siswa sendiri.
Langkah 4: Pelatihan
Setelah kegiatan diskusi
berakhir selanjutnya mantapkanlah keterampilan siswa tersebut dengan
pelatihan sejenis dengan mengambil bahan bacaan yang konkret dari
sumber-sumber bacaan lain.
Metode SQ3R dalam Pengajaran Membaca
Deskripsi SQ3R,
meliputi :
S = Survey, artinya
meninjau, meneliti, dan menelaah
bagian-bagian permulaan buku seperti halaman judul,, kata pengantar, daftas
isi, judul buku, sub bab, indeks dan lain-lain.
Q = Question
(bertanya) sebelum memulai kegiatan membaca hendaknya pembaca merumuskan
pertanyaan-pertanyan sebagai informasi fokus. Pertanyaan-pertanyaan yang
dibuat dapat digali dari prediksi-prediksi pembaca pada saat melakukan survei
dan juga dapa muncul karena dorongan/hasrat ingin tahu sesuatu hal.
R-1 Read
(membaca) untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah dirumuskan pada
tahap 2 tadi, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan membaca yang sesungguhnya.
R-2 Recite
(menceritakan kembali) yaitu suatu kegiatan menceritakan kembali setelah
pembaca merasa yakin bahwa sejumlah pertanyaan yang dirumuskan telah
terpenuhi, informasi-informasi yang diperlukan telah diperoleh. Kegiatan ini
biasanya disertai dengan pembuatan ikhtisar bacaan. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan ikhtisar bacaan adalah :
a. Ikhtisar dibuat dengan kata-kata
sendiri.
b. Singkat, padat dan jelas, yang
mencakup butir-butir penting isi bacaan.
c. Kegiatan ini dilakukan tidak diiringi
dengan kegiatan lain misalnya mencatat sambil membaca.
R-3 Review
(meninjau kembali)
Kegiatan ini dimaksudkan untuk memeriksa ulang
bagian-bagian yang telah dibaca dan dipahami sebelum meneruska pada bacaan
bab lain.
Alternatif Model
Pembelajaran Membaca Buku dengan Metode SQ3R
a.
Apersepsi|
Kegiatan ini berkenaan dengan bagaimana cara
membaca dan mempelajari buku yang diawali langkah oleh guru dengan
menciptakan suatu kondisi agar siswa siap belajar.
b.
Melakukan
survei buku
Langkah ini dimaksudkan untuk menunjuki para siswa
tentang kelengkapan sebuah buku serta fungsi dari masing-masing kelengkapan
tersebut. Kelengkapan-kelengkapan itu misalnya halaman judul, kata pengantar,
daftar isi, indeks, riwayat hidup penulis (pengarang).
c. Latihan membuat pertanyaan
Setelah latihan
menelaah sebuah bacaan langkah selanjutnya adalah latihan membuat pertanyaan
berdasarkan masukan informasi yang diperoleh dari hasil penelaahan.
d.
Membaca
Langkah ini adalah kegiatan membaca mandiri. Anak diminta untuk membaca uraian bab tersebut.
e.
Mencatat
jawaban pertanyaan
Seletah giatan membaca tuntas yang diikuti kegiatan
menceritakan kembali, kemudian sebagai tolak ukur siswa dapat memanfaatkan
pertanyaan-pertanyaan sebagai pemandu penulisan ulang hasil bacaan, sehingga
guru dapat menilai seberapa jauh kemampuan siswa dalam memahami isi bacaan
dan mereproduksi kembali hasil bacaan tersebut. jika siswa dapat memahami
buku yang dibacanya kemudian dilakukan pembahasan jawaban yang harus diikuti
dengan latihan membuat ikhtisar bacaan.
f.
Meninjau ulang
kegiatan dan hasil bacaan
Sebelum menutup pelajaran, siswa dan guru dapat
memeriksa ulang kembali bagian-bagian buku mulai dari halaman judul, hingga
akhir halaman buku yang dapat menyegarkan kembali ingatan dan pemahaman kita
terhadap hasil bacaan kita.
Kegiatan ini hendaknya diikuti dengan pembuatan
bagan/skema tentang organisasi pikiran anak-anak didik kita.
Teknik Scramble dalam
Pengajaran Membaca
Istilah
Scramble berasal dari bahasa Inggris yang berarti “perebutan, pertarungan,
perjuangan”. Teknik scramble dipakai untuk jenis permainan anak-anak yang
merupakan latihan pengembangan dan peningkatan wawasan pemikiran kosakata.
Sesuai dengan sifat jawabannya scramble terdiri atas bermacam-macam bentuk
yakni :
a. Scramble kata, yakni sebuah permainan menyusun kata-kata dan
huruf-huruf yang telah dikacaukan letaknya sehingga membentuk suatu kata
tertentu yang bermakna misalnya :
* alpjera …….. pelajar
* ktarsurt
……. struktur
b. Scramble kalimat : yakni sebuah permainan menyusun kalimat dari
kata-kata acak. Bentuk kalimat hendaknya logis, bermakna, tepat, dan benar.
c. Scramble wacana : yakni sebuah permainan menyusun wacana logis
berdasarkan kalimat-kalimat acak. Hasil susunan wacana hendaknya logis,
bermakna.
ALTERNATIF MODEL PENGAJARAN MEMBACA DENGAN TEKNIK
SCRAMBLE
Secara umum
rambu-rambu pembelajaran membaca degnan teknik scramble terbagi dalam 3
kegiatan yakni :
(a) Persiapan
Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam persiapan meliputi :
1. Menyiapkan sebuah wacana, kemudian keluarkan
kalimat-kalimat yang terdapat dalam wacana tersebut ke dalam kartu-kartu
kalimat.
2.
Setiap kartu
karya mengandung satu kalimat.
3.
Kartu-kartu
kalimat diberi nomor urut yang susunan pengurutannya sengaja dikacaukan.
4.
Membagi siswa
dalam kelompok-kelompok yang beranggotakan 4 sampai dengan 6 orang siswa
dalam satu kelompok.
5.
Mengatur
posisi tempat duduk agar kelompok yang satu dengan kelompok yang lain tidak
saling mengganggu dan tidak saling terganggu.
6.
Merencanakan
langkah-langkah kegiatan serta menentukan waktu yang dibutuhkan dalam
kegiatan inti nanti untuk setiap fase.
(b) Kegiatan inti
Langkah-langkah
yang harus ditempuh dalam kegiatan inti meliputi :
1. Setiap kelompok siswa siap dengan perangkat kartu
kalimat yang telah dibagikan guru untuk didiskusikan dalam kelompoknya
masing-masing.
2. Guru meminta setiap kelompok siswa mengurutkan
kartu-kartu tersebut menjadi sebuah susunan yang baik dan mudah ditangkap
maksudnya.
3. Setiap kelompok siswa melakukan
diskusi kecil dalam kelompoknya untuk mencari susunan kartu-kartu kalimat
yang dianggap baik dan logis.
4. Guru memimpin diskusi kelompok besar untuk
menganalisa dan mendengarkan pertanggungjawaban setiap kelompok kecil atas
hasil kerja masing-masing kelompok.
5. Setelah seluruh kelompok tampil, kegiatan diskusi
dilanjutkan dengan perbincangan tentang pendapat dan komentar perseorangan
agar melakukan uji banding atas hasil kerja setiap kelompok kecil serta
mengkaji kelogisan setiap alasan dan bukti yang dikemukakan. Pada akhirnya
mereka diharapkan dapat menentukan sikap atau pilihan sendiri atas susunan
wacana yang logis.
6. Setelah diskusi kelompok besar menghasilkan
kesepakatan bersama tentang susunan wacana yang logis, kemudian guru
menentukan teks/wacana asli.
7. Satu atau dua orang siswa diminta untuk membacakan
teks asli tersebut sehingga siswa/kelompok yang lain dapat membandingkannya.
8. Pada akhir kegiatan inti ini satu atau dua orang
siswa diminta untuk menceritakan kembali isi wacana tadi dengan menggunakan
bahasa sendiri.
(c) Tindak lanjut
Kegiatan tindak
lanjut dapat dilakukan antara lain :
1.
Kegiatan
pengayaan berupa pemberian tugas yang serupa dengan bahan yang berbeda
2.
Kegiatan
menyempurnakan susunan teks asli, jika teks asli tidak memperlihatkan kelogisan.
3.
Kegiatan
mengubah materi bacaan (memparafrase, atau menyederhakan bacaan)
4.
Mencari makna
kosakata baru di dalam kamus dan mengaplikasinannya dalam pemakaian kalimat.
5.
Membetulkan
kesalahan-kesalahan tata bahasa yang mungkin ditemukan dalam wacana latihan
(bahan ajar).
BAHAN BACA
DAN STRATEGINYA
Salah satu
tugas mahasiswa adalah membaca. Agar anda dapat memanfaatkan waktu dengan
efisien, anda perlu memiliki keterampilan membaca cepat. Disini akan
disajikan bahasan singkat tentang strategi membaca cepat.
Hakekat Membaca Cepat
Membaca adalah kegiatan merespon lambang-lambang
cetak atau lambang tulis dengan pengertian yang tepat. Hampir semua jenis
keterampilan membaca dapat diperbaiki dengan jalan latihan. Jika
faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan membaca tersebut dilatih dengan
sebaik-baiknya, maka kemampuan membaca pun pasti membaik. Dengan demikian
waktu yang digunakan untuk membaca akan bertambah singkat. Inilah sebenarnya
hakekat dari strategi membaca cepat.
Strategi membaca cepat dilakukan dengan tujuan
untuk memahami intisari bacaan, buku, bagian-bagian rinciannya yang detil.
Karena itu, strategi ini menurut kecepatan yang paling tinggi yang bisa
dilakukan seseorang. Kecepatan yang tinggi akan menyebabkan lompatan-lompatan
dalam membaca.
Pembaca yang berpengalaman selalu membaca dengan cara
melompati bagian-bagian yang dianggap tidak perlu mendapat respon. Anda harus
mampu menentukan bagian-bagian yang merupakan kata kunci bagi anda, untuk
memiliki kemampuan ini anda memerlukan bagian-bagian yang merupakan kata
kunci bagi anda, untuk memiliki kemampuan ini anda memerlukan banyak latihan.
Kalau anda dapat menangkap isi bacaan secara umum dengan kecepatan 100 kata
atau lebih per menit, maka anda boleh merasa berhasil mempercepat cara
membaca anda.
Manfaat Membaca Cepat
MC (membaca cepat) mempunyai beberapa keuntungan
terutama dalam keadaan waktu terdesak. Dengan MC, orang dapat meninjau
kembali secara cepat materi yang pernah dibacanya, memberi kesempatan untuk
membaca secara lebih luwes, dengan MC orang bisa memperoleh pengetahuan yang
luas tentang apa yang dibacanya, sesuai dengan sifat bacaan yang tidak
memerlukan pendalaman.
Kunci utama MC ialah melaju terus. Saat mulai
berlatih, ingat bahwa anda akan berusaha membiasakan gerakan mata dan proses
berfikir yang diperlukan dalam MC. Yang diutamakan adalah menanamkan keinginan
untuk membaca cepat. Bacalah lebih dulu bacaan-bacaan ringan yang judulnya
tidak terlalu asing, sebelum bergerak pada bacaan yang anda anggap sulit dan
asing.
Untuk berlatih membaca cepat dikenal istilah
latihan irama internal (hitungan yang memakan waktu 1 detik/halaman yang
dilakukan berulang-ulang dan terus-menerus selama membaca, diikuti dengan
pindah halaman). Kemampuan membaca satu halaman per detik atau kira-kira
20.000 kata/menit adalah kemampuan yang hebat yang hanya bisa dicapai melalui
latihan yang intensif dan disiplin serta minat baca yang tinggi.
Persiapan Memperbaiki Daya Baca
Untuk meningkatkan kemampuan membaca anda dituntut
mengikuti resep berikut ini :
1.
Waktu berlatih
setiap hari atau setiap dua hari untuk memperbaiki daya baca.
2.
Memberikan
kegiatan lain untuk tidak mengganggu rencana latihan yang telah anda tentukan
itu.
3.
Anda akan
bertemu dengan saat-saat perasaan tidak mendapat kemajuan.
4.
Mulailah
dengan bacaan yang isi dan kata-katanya cukup akrab bagi anda, yang idenya
mudah ditangkap.
5.
Bergeraklah
menuju bacaan yang lebih sulit.
6.
Membacalah
dengan agresif untuk menjawab berbagai pertanyaan.
7.
Tentukan
terlebih dahulu tujuan anda membaca.
8.
Perhatikan
pola rencana penulisan si pengarang.
9.
Kurangi
sedapat-dapatnya vokalisasi dalam setiap kegiatan membaca senyap.
10. Membacalah dengan tekanan progresif.
11. Tingkatkan penguasaan kosakata anda.
12. Tingkatkan pengetahuan anda.
13. Jagalah supaya anda tidak terikat oleh kecepatan
semata-mata.
14. Jagalah supaya gairah anda tidak melesu.
Selanjutnya mari kita pelajari strategi lain untuk
meningkatkan daya baca kita.
Penggunaan Metode Membaca Frase (Metode MF)
Metode MF dapat dikembangkan melalui dua tahap :
tahap mekanis dan tahap konseptual. Pada tahap mekanis, mata didorong untuk
bergerak lebih cepat dengan jalan melihat kelompok-kelompok kata yang disebut
frase. Efisiensi pada tahap mekanis dapat memberikan sumbangan terhadap
pemahaman makna secara lebih efektif.
Membaca Frase Mekanis (MF Mekanis)
Berdasarkan pandangan mekanis, membaca merupakan
rentetan hentian-hentian visual, hentian untuk melihat sesuatu dan makna
sesuatu dengan cepat. Membaca frase ini lebih banyak menghemat waktu, dapat
membaca ¾ kali lebih cepat dari membaca kata demi kata.
Kelemahan lain yang menjadi ciri membaca kata demi
kata ialah regresi atau membaca balik yang disebabkan karena usahanya mencari
ide-ide yang tidak diperolehnya dari masing-masing kata yang dibacanya.
Sekali lagi, dalam usaha mengembangkan keterampilan MF pun latihan merupakan
hal yang sangat pokok.
Latihan Pada Tingkat Mekanis
Latihan Ayunan Visual
Usaha mengembangkan kemampuan membuat ayunan-ayunan
visual dengan cara mata hanya boleh berhenti sejenak pada setiap tanda hitam,
lalu ayunkan segera pandangan ketanda berikutnya. Jangan sekali-kali berhenti
diantara dua tanda hitam jangan pula menggerakkan kepala.
Latihan Membaca dengan Ayunan Visual
Buatlah bagian
awal dan bagian akhir setiap baris sebagai target. Bergeraklah dengan
cepat sampai bagian bawah halaman tanpa memperhatikan makna, agar 1 irama
gerak mata yang licin tidak baku.
Membaca Frase pada Tingkat Konseptual.
Latihan berikut
banyak memperhatikan aspek-aspek konseptual, ialah penalaran dan
pemahaman yang terjadi selama membaca.
Latihan Pengelompokan Satuan Ide.
Ada tiga hal yang harus dicapai dalam latihan ini :
a.
Kecepatan membaca.
b.
Kecepatan menangkap makna.
c.
Kelancaran ayunan pandangan mata dari frase satu ke frase berikut.
Frase dibatasi
sebagai kelompok kata yang mempunyai arti, untuk kepentingan latihan,
paragraf dikelompok-kelompokan berdasarkan satuan-satuan idenya, setiap
kelompok kata dikotaki, anda harus membaca tiap kotak sekilas bergerak dari
satu kotak ke kotak lainnya.
Contoh :
Penandaan dengan Titik.
Untuk latihan bubuhi dengan titik-titik
ditengah-tengah setiap paragraf yang ada di dalah paragraf.
Contoh :
Anda dapat membuktikan kepada diri sendiri betapa
pentingnya membaca frase itu dengan memperhatikan pola pidato atau
pembicaraan seseorang yang mudah diikuti.
Latihan MF Tanpa Tanda
Dilakukan
dengan membuat kelompok-kelompok kata yang mengandung pengertian tertentu
dengan menggunakan kemampuan mental dengan tidak menggunakan tanda-tanda
apapun. Lakukan latihan seperti itu beberapa kali.
Membaca Paragraf
Kata paragraf berasal dari bahasa Yunani. Para berarti samping/pinggir, dan graphein yang berarti
menulis. Paragraf ialah sekelompok kalimat yang secara bersama-sama
membicarakan hanya satu pikiran utama.
Cara membaca paragraf :
1.
Camkan bahwa paragraf adalah sebuah unit bacaan.
2.
Bacalah kalimat pertama paragraf dengan cermat.
3.
Bacalah kalimat terakhir paragraf yang anda baca.
4.
Perhatikan semua fakta dalam paragraf secara seksama.
5.
Belajarlah mengenal kalimat yang tidak mendukung.
6.
Perhatikan kata-kata yang dicetak miring dan yang dicetak tebal.
7.
Terkalah pikiran penulis.
8.
Membaca dengan tujuan untuk
memperoleh fakta terinci harus dilakukan sebagai berikut. Fokuskan/pusatkan
perhatian anda pada pikiran utama.
Membaca Bab
Ada dua hal yang perlu anda camkan dalam usaha membaca
bab dengan cepat dan cermat:
1)
Survei/periksalah bab yang anda baca dengan suatu tujuan tertentu.
2)
Bacalah bab tersebut untuk mencari fakta.
Lihat-lihatlah
bab yang anda baca dengan tujuan yang jelas, baca sepintas sebagai
pendahuluan untuk mengirit tenaga dan memberi penguasaan umum tentang isi
bab, setelah selesai survei siap untuk membaca lebih teliti mencari
fakta-fakta dan detail-detail yang mendukungnya. Setelah selesai membaca bab
tertentu, sangat bijaksana jika anda membuat kartu baca, yakni
catatan-catatan penting sebagai hasil baca pada kartu yang berukuran
kira-kira 13 x 18 cm.
Prosedur Membaca Bab
1)
Perhatikan judul bab dengan teliti.
2)
Buka balikkan daftar isi. Pelajari hubungan bab yang sedang dibaca dengan
bab-bab lainnya.
3)
Perhatikan berbagai tipe penulisan dan ciri-ciri tipografis.
4)
Baca judul-judul secara sepintas.
5)
Periksalah kalau-kalau ada ikhtisar pada akhir bab.
|
WRITING DAN TEKNIK-TEKNIK PEMBELAJARANNYA
In higher education, writing is one of the learning
requirements for the students to be succesful in their study. Almost all of the
assignments and also the tests demand them to write logically and
systematically. Those include authentic and scientific writing. This requires
the students to master some microskills and produce good writing. Since making
the students to be good writers is not easy, the teacher, especially for the
writing class should create a conducive classroom by designing or applying
several appropriate learning methods based on the principles of designing a
good writing classroom. It can be expected that such a class will create
creative and critical students, especially in writing.
I.
PENDAHULUAN
Mengapa pembelajaran
writing (menulis) di perguruan tinggi dianggap perlu? Di perguruan tinggi,
menulis merupakan ‘a way of life’. Ini dapat dimaknai bahwa sebagian besar
aktivitas mahasiswa, baik berupa tugas-tugas harian dari dosen, ujian semester,
maupun pengisian kelengkapan administrasi, membutuhkan keterampilan menulis.
Tanpa kemampuan yang memadai dalam menulis, mahasiswa akan kesulitan untuk
mengikuti proses pembelajaran dengan baik, bahkan mungkin tidak akan dapat
menyelesaikan studinya.
Kecenderungan dalam
pembelajaran writing (menulis) pada pembelajaran bahasa Inggris atau
bahasa-bahasa asing lainnya serupa dengan pembelajaran keterampilan-keterampilan
yang lain, khususnya listening (menyimak) dan speaking (berbicara).
Pembelajaran komunikatif saat ini mengharuskan dosen memahami bagaimana
mengajarkan fluency (kelancaran), bukan hanya accuracy (akurasi), bagaimana
menggunakan teks otentik dan konteks dalam ruang kelas, bagaimana memfokuskan
pada tujuan-tujuan komunikasi linguistik, dan bagaimana meningkatkan motivasi
mahasiswa.
Pada kegiatan pembelajaran
writing di kelas, dosen lebih berperan sebagai fasilitator dan responder
terhadap tulisan mahasiswa. Sebagai fasilitator, dosen memberikan bimbingan
untuk membantu mahasiswa terlibat dalam pengembangan pemikiran dan pemunculan
ide-ide dalam proses menulis, tetapi tidak diperbolehkan memaksakan ide-idenya
ke dalam tulisan mahasiswa. Peran dosen lebih kepada memberikan umpan balik
dalam bentuk koreksi atau komentar. Meskipun demikian, menurut Chandrasegaran
intervensi dapat dilakukan oleh dosen pada proses kegiatan menulis mahasiswa
dengan tujuan:
a) Untuk pembuatan keputusan yang lebih efektif
Dosen boleh melakukan intervensi dengan cara membantu mahasiswa mengevaluasi pilihan-pilihan yang telah mereka buat terkait dengan makna (ide-ide) dan bahasa (kata-kata dan kaidah bahasa). Dosen dapat memberikan bantuan untuk memudahkan mahasiswa memperbaiki teks sebelum dikumpulkan untuk dinilai. Intervensi terjadi ketika mahasiswa sudah menulis sebagian dari teks yang diminta, atau telah melengkapi sebagian tahapan pada planning, writing, atau revising.
Dosen boleh melakukan intervensi dengan cara membantu mahasiswa mengevaluasi pilihan-pilihan yang telah mereka buat terkait dengan makna (ide-ide) dan bahasa (kata-kata dan kaidah bahasa). Dosen dapat memberikan bantuan untuk memudahkan mahasiswa memperbaiki teks sebelum dikumpulkan untuk dinilai. Intervensi terjadi ketika mahasiswa sudah menulis sebagian dari teks yang diminta, atau telah melengkapi sebagian tahapan pada planning, writing, atau revising.
b) Mahasiswa dapat lebih memahami apa yang diharapkan
oleh pembaca
Sebuah tulisan dikatakan berhasil jika pembaca yang menjadi sasaran menganggapnya demikian, yang berarti bahwa teks tersebut “benar” sesuai tujuannya. Oleh karena itu, dosen dapat membantu mahasiswa dalam memahami apa yang diinginkan oleh pembaca yang menjadi sasaran sebuah tulisan.
Sebuah tulisan dikatakan berhasil jika pembaca yang menjadi sasaran menganggapnya demikian, yang berarti bahwa teks tersebut “benar” sesuai tujuannya. Oleh karena itu, dosen dapat membantu mahasiswa dalam memahami apa yang diinginkan oleh pembaca yang menjadi sasaran sebuah tulisan.
II.
MICROSKILL PADA KETERAMPILAN WRITING
Untuk menguasai
keterampilan menulis, mahasiswa harus memiliki sejumlah microskill yang sangat
penting bagi seorang penulis yang efektif, yaitu:
a) Menghasilkan pola-pola tulisan tangan atau orthographic
bahasa Inggris.
b) Menghasilkan tulisan dengan tingkat kecepatan yang efisien
sesuai dengan tujuan.
c)
Menghasilkan
rangkaian kata yang dapat dipahami dan menggunakan pola urutan kata yang tepat.
d) Menggunakan sistem gramatikal yang dapat diterima
(misal tense, agreement, pluralization, pattern, dan rule).
e) Mengungkapkan makna khusus pada berbagai bentuk
gramatikal.
f)
Menggunakan
tanda-tanda kohesif pada wacana tertulis.
g) Menggunakan bentuk dan peraturan retoris untuk wacana
tertulis.
h) Mencapai fungsi-fungsi komunikatif teks tertulis
secara tepat sesuai dengan bentuk dan tujuan.
i)
Menghubungkan
berbagai peristiwa dan mengkomunikasikan hubungan-hubungan ini sebagai ide
utama, ide penunjang, informasi baru, informasi yang telah ada, generalisasi,
dan pemberian contoh.
j)
Membedakan
antara makna eksplisit dan implisit ketika menulis.
k)
Menyampaikan
referensi spesifik dalam konteks teks tertulis secara benar.
l)
Mengembangkan
dan menggunakan serangkaian strategi menulis, seperti menilai interpretasi
pembaca secara tepat, menggunakan prosedur-prosedur pre-writing, menulis dengan
lancar pada draft pertama, menggunakan parafrase dan sinonim, meminta umpan
balik dari dosen dan teman, dan menggunakan umpan balik untuk revisi dan
editing.
III.
PERFORMA WRITING
Dalam proses pembelajaran menulis, ada beberapa
kategori kegiatan menulis yang bisa dijadikan tugas ketika melakukan aktivitas
di dalam ruang kelas yang dikemukakan oleh Brown.
a) Menyalin (imitative writing)
Pada tingkatan permulaan menulis, mahasiswa hanya
akan “menyalin” huruf-huruf, kata-kata, dan mungkin kalimat ketika mempelajari
aturan-aturan kode ortografis. Beberapa bentuk dikte masuk dalam kategori ini,
walaupun dikte juga dapat diajarkan pada proses menulis yang lebih tinggi.
Dikte biasanya melibatkan langkah-langkah berikut:
F
Dosen membaca
sebuah paragraf pendek satu atau dua kali dengan kecepatan normal.
F
Dosen membaca
paragraf frasa demi frasa dengan masing-masing tiga atau empat kata, dan tiap
frasa diikuti dengan jeda.
F
Selama jeda,
mahasiswa menuliskan apa yang mereka dengar.
F
Dosen kemudian
membaca seluruh paragraf sekali lagi dengan kecepatan normal sehingga mahasiswa
dapat mengecek tulisan mereka.
F
Menyekor tulisan
mahasiswa dapat menggunakan sejumlah kriteria untuk memberikan poin. Biasanya
kesalahan ejaan dan tanda baca tidak digolongkan pada kesalahan gramatikal.
b) Intensif atau terkontrol (Intensive/Controlled
Writing)
Menulis kadang kala digunakan sebagai sebuah cara
untuk mempelajari, memperkuat, atau menguji konsep-konsep gramatikal. Menulis
intensif dapat dilakukan melalui latihan-latihan grammar tertulis dan
terkontrol. Jenis writing ini tidak menuntut banyak kreatifitas dari penulis.
Bentuk umum writing terkontrol adalah memberikan paragraf kepada mahasiswa di
mana mereka harus mengubah seluruh struktur kalimat pada paragraf tersebut;
misalnya mengubah dari present tense menjadi past tense. Menulis terbimbing
(guided writing) melonggarkan kontrol dosen tetapi tetap memberikan serangkaian
stimulus. Sebagai contoh, dosen dapat menyuruh mahasiswa menuliskan sebuah cerita
dengan rangkaian pertanyaan dari dosen: Where does the story take place?
Describe the principal character. What does he say to the woman in the car?
Salah satu bentuk menulis terbimbing lainnya adalah dicto-comp. Paragraf dibacakan dengan kecepatan normal, biasanya dua atau tiga kali; kemudian dosen meminta mahasiswa untuk menuliskan kembali paragraf. Kadang kala dosen menuliskan sejumlah kata kunci secara berurutan guna membantu mahasiswa.
Salah satu bentuk menulis terbimbing lainnya adalah dicto-comp. Paragraf dibacakan dengan kecepatan normal, biasanya dua atau tiga kali; kemudian dosen meminta mahasiswa untuk menuliskan kembali paragraf. Kadang kala dosen menuliskan sejumlah kata kunci secara berurutan guna membantu mahasiswa.
c)
Menulis mandiri
(Self-Writing)
Proporsi tugas menulis di kelas yang paling banyak
mungkin pada self-writing, atau menulis hanya dengan diri sendiri sebagai
audiens. Contoh paling nyata dari bentuk ini adalah mencatat materi perkuliahan
yang disampaikan oleh dosen. Diary (catatan harian) atau tulisan jurnal juga
termasuk kategori ini. Pada jurnal, mahasiswa mencatat pikiran, perasaan, dan
reaksi, dan dosen memberikan respon berupa komentar tentang tulisan mereka.
d) Tulisan ilmiah (Display Writing)
Bagi semua mahasiswa yang belajar bahasa Inggris,
latihan-latihan tanya jawab, ujian essay, dan laporan penelitian akan
melibatkan elemen display. Kaitannya dengan bidang akademik, salah satu
keterampilan akademik yang harus mereka kuasai adalah serangkaian teknik menulis
display.
e) Tulisan otentik (Real Writing)
Jenis tulisan ini bertujuan untuk betul-betul
mengkomunikasikan pesan yang diinginkan kepada pembaca. Ada tiga kategori:
F
Akademis.
Kelompok-kelompok mahasiswa di kelas pada umumnya saling bertukar informasi
dalam bentuk tertulis. Tugas-tugas kelompok, khususnya yang terkait dengan
isu-isu dan topik saat ini, bisa jadi memiliki komponen writing di mana
informasi betul-betul dicari dan disampaikan. Kegiatan yang lain adalah
peer-editing.
F
Kejuruan/teknis.
Membuat tulisan harus juga dilakukan oleh orang-orang yang belajar bahasa Inggris
karena tuntutan pekerjaan. Tulisan-tulisan tersebut biasanya dalam bentuk surat, pengisian blangko,
atau pembuatan prosedur-prosedur pengoperasian suatu alat.
F
Personal.
Tulisan jenis ini meliputi diary (catatan harian), surat, kartu pos, catatan, pesan pribadi, dan
tulisan-tulisan informal lain.
IV.
PRINSIP-PRINSIP MENDESAIN TEKNIK WRITING
Tidak ada suatu kegiatan yang bisa terlaksana dengan
baik bila tidak direncanakan dan didesain dengan baik. Demikian pula kegiatan
pembelajaran. Hasil lebih maksimal akan mungkin dicapai bila kegiatan
pembelajaran yang akan dilaksanakan didesain dengan baik. Untuk itu, perlu bagi
seorang guru atau dosen untuk mengacu kepada prinsip-prinsip tertentu ketika
mendesain kegiatan pembelajaran di kelas. Di kelas writing, ada sejumlah
prinsip yang dikemukakan oleh Brown yang dapat dijadikan landasan dalam mendesain
teknik writing, meliputi:
1.
Terapkan
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh penulis yang “baik”
Saat menggunakan sebuah teknik writing, pertimbangkan beberapa hal yang dilakukan penulis yang efektif, misalnya:
Saat menggunakan sebuah teknik writing, pertimbangkan beberapa hal yang dilakukan penulis yang efektif, misalnya:
F
Fokuskan pada
tujuan atau ide utama dalam menulis
F
Secara cerdas
berupaya mengukur audiens mereka
F
Memanfaatkan waktu
(tetapi tidak terlalu lama) untuk perencanaan menulis
F
Membiarkan ide-ide
pertama mereka mengalir di kertas
F
Mengikuti rencana
umum pengorganisasian ketika menulis
F
Mencari dan
menggunakan umpan balik pada tulisan mereka
F
Tidak terikat
pada struktur permukaan tertentu
F
Merevisi hasil
tulisan mereka dengan sungguh-sungguh dan efisien
F
Melakukan revisi
sesuai dengan yang dibutuhkan
2.
Keseimbangan
proses dan produk. Karena menulis adalah proses mengarang dan biasanya
membutuhkan beberapa draft sebelum dihasilkan sebuah produk tulisan yang
efektif, pastikan bahwa mahasiswa secara seksama melalui tahap-tahap yang tepat
pada proses mengarang. Tahap ini meliputi perhatian pada peran anda sebagai
pembimbing dan sebagai perespon. Pada saat yang bersamaan, jangan terlalu
terpaku pada pada tahap-tahap menuju hasil akhir yang menyebabkan anda
mengabaikan pencapaian akhir: sebuah tulisan yang jelas, kritis, tersusun baik,
dan efektif. Pastikan mahasiswa mengetahui bahwa apapun proses yang dilalui
menuju hasil akhir ini merupakan upaya yang berharga.
3.
Mempertimbangkan
latar belakang kultural/sastra Pastikan bahwa teknik-teknik yang digunakan
tidak menganggap bahwa mahasiswa tahu aturan-aturan retoris bahasa Inggris.
Jika ada, sejumlah pertentangan nyata antara tradisi asal mahasiswa dengan apa
yang akan anda ajarkan, cobalah untuk membantu mahasiswa memahami pertentangan
tersebut dan secara perlahan membawa mereka pada penggunaan retoris bahasa Inggris
yang dapat diterima.
4.
Hubungkan antara
kegiatan membaca dengan menulis Jelas bahwa mahasiswa belajar menulis sebagian
dengan cara mengamati apa yang sudah tertulis. Jadi, mereka belajar dengan
mengamati atau membawa kata-kata yang tertulis. Dengan membaca dan mempelajari
berbagai tipe teks yang relevan, mahasiswa dapat memperoleh wawasan pengetahuan
yang penting tentang bagaimana mereka harus menulis dan tentang subjek yang
mungkin akan menjadi topik tulisan mereka.
5.
Memberikan sebanyak
mungkin tulisan otentik Apakah tulisan berupa real writing atau untuk display,
tulisan tersebut tetap otentik jika tujuannya jelas bagi mahasiswa, audiensnya
jelas, dan ada maksud untuk menyampaikan makna. Mengerjakan tugas writing
bersama-sama dengan mahasiswa lain di kelas merupakan salah satu cara untuk
menambah keotentikan. Membuat laporan kelas, menulis surat untuk orang-orang di luar kelas,
menulis naskah untuk presentasi drama, menulis resume, menulis iklan – semuanya
dapat dianggap sebagai menulis otentik.
6.
Susunlah teknik
menulis anda dengan urutan tahap pre-writing, drafting, dan revising. Pendekatan
menulis proses cenderung dilakukan dalam tiga tahap menulis. Tahap pre-writing
mendorong munculnya ide-ide dalam berbagai cara:
F
Membaca sebuah
wacana
F
Skimming (membaca
cepat) dan/atau scanning (membaca detil)
F
Melakukan penelitian
F
Brainstorming (tukar
pendapat)
F
Membuat daftar
secara individu
F
Mengelompokkan (dimulai
dengan kata kunci, kemudian tambahkan kata-kata lain dengan menggunakan
hubungan bebas)
F
Membahas sebuah
topik atau pertanyaan
F
Pertanyaan-pertanyaan
dan tes dari dosen
F
Menulis bebas
Tahap drafting dan revising merupakan inti dari
proses menulis. Pada pendekatan tradisional dalam pembelajaran writing,
mahasiswa diberi tugas mengarang di kelas untuk menulis dari awal hingga
selesai selama perkuliahan berlangsung atau diberi tugas rumah. Aktivitas/cara
tersebut tidak memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk fokus pada tahap
drafting. Pada pendekatan proses, drafting dipandang sebagai rangkaian strategi
yang penting dan kompleks, menguasainya membutuhkan waktu, kesabaran, dan dosen
yang terlatih.
Beberapa strategi dan keterampilan yang dapat diterapkan pada proses drafting/revising dalam menulis:
Beberapa strategi dan keterampilan yang dapat diterapkan pada proses drafting/revising dalam menulis:
F
Proses memulai
(adaptasi dari teknik mengarang bebas)
F
Monitoring yang
“optimal” terhadap tulisan seseorang (tanpa editing yang prematur dan
mengabaikan pemilihan kata, tata bahasa, dan lain-lain)
F
Review dari
rekan mahasiswa untuk isi tulisan (memanfaatkan komentar rekan-rekan sekelas)
F
Memanfaatkan feedback
dari dosen
F
Editing terhadap
kekeliruan gramatikal
F
Teknik “read
aloud” (membaca keras) (dalam kelompok kecil atau berpasangan, mahasiswa
membacakan draft mereka yang hampir selesai kepada teman-teman mereka untuk
pemeriksaan akhir terhadap kesalahan, runtutan ide, dan lain-lain)
F
Proofreading (membaca
kritis)
7.
Berupaya
menawarkan teknik-teknik yang seinteraktif mungkin
Tidak diragukan lagi bahwa pendekatan proses terhadap pembelajaran writing sangatlah interaktif (karena mahasiswa bekerja berpasangan dan berkelompok untuk menghasilkan ide-ide dan untuk melakukan kegiatan editing dengan rekannya), serta learner-centered (terpusat pada mahasiswa) (dengan kesempatan yang luas bagi mahasiswa untuk memulai aktivitas dan bertukar pikiran). Teknik-teknik writing yang memfokuskan pada tujuan-tujuan lain selain karangan (seperti surat, formulir, memo, petunjuk, laporan singkat) juga merupakan kegiatan-kegiatan yang harus mengacu pada prinsip-prinsip kegiatan kelas yang interaktif. Kolaborasi kelompok, tukar pikiran, dan mengkritik merupakan bagian dari teknik-teknik yang memfokuskan pada writing.
Tidak diragukan lagi bahwa pendekatan proses terhadap pembelajaran writing sangatlah interaktif (karena mahasiswa bekerja berpasangan dan berkelompok untuk menghasilkan ide-ide dan untuk melakukan kegiatan editing dengan rekannya), serta learner-centered (terpusat pada mahasiswa) (dengan kesempatan yang luas bagi mahasiswa untuk memulai aktivitas dan bertukar pikiran). Teknik-teknik writing yang memfokuskan pada tujuan-tujuan lain selain karangan (seperti surat, formulir, memo, petunjuk, laporan singkat) juga merupakan kegiatan-kegiatan yang harus mengacu pada prinsip-prinsip kegiatan kelas yang interaktif. Kolaborasi kelompok, tukar pikiran, dan mengkritik merupakan bagian dari teknik-teknik yang memfokuskan pada writing.
8.
Secara peka
menerapkan metode merespon dan mengoreksi tulisan mahasiswa anda. Koreksi
kesalahan dalam writing harus dilakukan dengan cara yang berbeda. Karena
writing, tidak seperti speaking, seringkali meliputi tahap perencanaan yang
panjang, koreksi terhadap kesalahan yang dimulai pada tahap drafting dan
revising, yang merupakan waktu yang paling tepat untuk mengoreksi dibandingkan
dengan pada tahap-tahap menulis yang lain. Ketika mahasiswa menerima respon
terhadap hasil tulisan mereka, kesalahan – yang hanya merupakan salah satu
aspek untuk direspon – jarang diperbaiki oleh dosen; sebaliknya,
kesalahan-kesalahan tersebut diperbaiki melalui self-correction (koreksi
sendiri), peer-correction (koreksi oleh rekan), dan komentar-komentar oleh
dosen. Sejalan dengan hal ini, Mc Crimmon juga mengemukakan beberapa tahapan
dalam menulis:
a) Pre-writing
Pada aktivitas pre-writing, sebelum mulai memunculkan
ide-idenya dalam bentuk sebuah tulisan di atas selembar kertas, seorang penulis
harus mempertimbangkan hal-hal berikut: Apakah tujuan tulisan ini dibuat? Untuk
siapa tulisan ini ditujukan?
Ketika hal ini dikembangkan menjadi tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh pembelajar ketika mempersiapkan tulisannya, relevansi tugas tersebut dapat diperluas, misalkan sebagai berikut: berpikir mengenai isi, berpikir mengenai pembaca, dan persiapan yang sistematis untuk menulis.
Ketika hal ini dikembangkan menjadi tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh pembelajar ketika mempersiapkan tulisannya, relevansi tugas tersebut dapat diperluas, misalkan sebagai berikut: berpikir mengenai isi, berpikir mengenai pembaca, dan persiapan yang sistematis untuk menulis.
b) Composing and drafting
Selama mengarang, seorang penulis merangkai
kalimat-kalimat menjadi sebuah tulisan yang paling sesuai dengan apa yang ingin
mereka sampaikan kepada pembaca mereka. Mengarang hanyalah salah satu bagian
dari suatu rangkaian, dan momen ketika pertama kalinya pena penulis menyentuh
kertas.
c)
Revising and
editing
Tahap revisi atau perbaikan menyatu dengan proses
menulis dan sangat berbeda dengan apa yang sering terjadi pada konsep awal
tulisan seorang pembelajar. Pada kenyataannya, sebuah tulisan yang panjang bisa
saja mengalami beberapa kali revisi sebelum benar-benar menjadi sebuah tulisan
yang siap disajikan kepada pembaca.
V.
KESIMPULAN
Menulis merupakan aktivitas psikologis seorang
pengguna bahasa untuk menampilkan informasi dalam bentuk tertulis yang di dalamnya
terkandung topik tertentu yang ingin disampaikan kepada pembaca. Untuk
menyelesaikan sebuah tulisan, baik dalam bahasa penutur maupun bahasa asing,
seorang pembelajar harus melaksanakan beberapa tahapan yang secara umum terdiri
atas perencanaan (planning atau pre-writing), pembuatan konsep dan tulisan
(drafting), dan perbaikan (revising). Sejumlah teknik dan strategi dapat
diterapkan oleh guru atau dosen di ruang kelas untuk membelajarkan keterampilan
menulis sehingga pembelajar dapat menghasilkan tulisan yang menarik dan
berkualitas. Penerapan teknik atau strategi tertentu semestinya disesuaikan
dengan karakteristik pembelajar, kebutuhannya, dan tujuan dari pembelajaran.
Dengan demikian, diharapkan dapat tercipta kelas writing yang kondusif guna memunculkan
performa writing pembelajar secara maksimal.